Senin, 25 November 2024


 

Kreativitas dari Rumah: Kisah Penjahit Rumahan yang Gigih


DEPOK - Ibu Novi, seorang wanita yang berusia 51 tahun yang berprofesi sebagai penjahit rumahan. Di rumah yang berlokasi di Perumahan Villa Pertiwi, Cilodong, Depok, Jawa Barat, suara mesin jahit yang berdengung menjadi musik pengiring kesehariannya, membawa cerita tentang tekad dan dedikasi.

Awal mula sebuah perjalanan Ibu Novi memulai usaha jahitanya adalah ketika semasa muda yang memutuskan untuk berhenti bekerja dari sebuah kantor perbankan. Ia sempat mengikuti kursus menjahit untuk mendalami hobinya. “Awalnya itu terjun jahit karena hobi, terus kan keluar dari kerja perbankan, kalau kerja di luar otomatis anak kan ditinggal," ujarnya. Seiring waktu, keahliannya semakin terasah. Ia mulai menerima pesanan berbagai model permintaan customernya, namun ia khususkan pakaian muslimah “Selagi permintaan bajunya yang tertutup, saya terima ya diutamakan pakaian muslimah gitu, katanya. 


Dikarenakan Ibu Novi sebagai penjahit rumahan, tidak ada jam kerja pasti untuk dirinya bekerja. Namun ia menjelaskan bahwa jam kerja tergantung dari banyaknya permintaan customer, "Target produksi enggak ada. Tapi biasanya mulai dari jam 8 pagi sampai jam 7 malam. Kalau customer minta cepet atau banyak pesanan bisa lebih. Bebas aja sih sebenernya," jelas Ibu Novi ketika diwawancarai di rumahnya pada Selasa (26/11/2024). (katadata.co.id)


Baginya menjadi penjahit rumahan, tidak ada target penghasilan pasti yang dapat ia tekankan, pemasukan tergantung dari permintaan customer, segi kesulitan seperti model, bahan ataupun kancing-kancing. "Tidak ada, minimal ya 100 ribu untuk jahitan yang standar," jelas Ibu Novi. Namun, menjadi penjahit rumahan bukan berarti tanpa tantangan. Tingkat kesusahan model yang diminta oleh customer menjadi tantangan utama yang ia alami. 

“Orang kan punya selera masing-masing, jadi sebagai penjahit kan juga mikir ya. Terus juga sifat dari mereka kan beda-beda, ada yang santai ada yang detail banget suka complain", ujarnya sembari tersenyum. 


Pelanggan yang datang pun kini beragam, mulai dari ibu rumah tangga, mahasiswa, hingga bekerja sama dengan pihak lain jika bahan yang dibutuhkan tidak ada. Ibu Novi menyadari bahwa konsistensi dan ketekunan adalah kunci bagi kesuksesan usaha jahit rumahan yang ia jalani. Baginya, menjahit bukan hanya tentang pekerjaan, tetapi juga cara untuk membantu. Ia sering mendahulukan permintaan customernya yang terburu-buru dengan kustomisasi pakaian ketika ingin dipakai darurat. (timesindonesia.co.id)

Meski usia terus bertambah, Ibu Novi tetap bersemangat. Ia berharap bisa memberikan hasil yang memuaskan untuk customernya dan terus mengembangkan usahanya “Harapannya sih yang pertama customer puas, kedua maunya lebih berkembang lagi enggak ngestuck di sini aja,” ujarnya menutup percakapan.

Kisah Ibu Novi adalah bukti bahwa dengan ketekunan, inovasi, dan kemauan untuk belajar dan mencoba seperti membuka usaha jahit di rumah dapat menjadi penghidup asa, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi sesama pihak yang mempunyai usaha yang sama. Di tengah dunia yang terus berubah, sosok-sosok seperti Ibu Novi adalah penjaga nilai-nilai kearifan lokal yang tak ternilai. (https://timesindonesia.co.id/ekonomi/499576/pemberdayaan-150-penjahit-lokal-bontang-masih-berlanjut-sampai-sekarang)



LINK VIDEO WAWANCARA: 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Menghidupkan Asa Lewat Jarum dan Benang: Kisah Penjahit Rumahan                                Oleh: Revalia  Dalam bayang-bayang industri...